Wisata Budaya, Mengunjungi Petilasan Eyang Semar di Jalur Pertapaan Gunung Arjuno | WISESATRAVEL.COM

Wisata Budaya, Mengunjungi Petilasan Eyang Semar di Jalur Pertapaan Gunung Arjuno

Gunung Arjuno merupakan salah satu gunung di Jawa Timur yang juga masih menjadi tujuan favorite pendakian bagi pencinta alam dan penggiat alam bebas di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Gunung Arjuno mempunyai ketinggian 3.339 mdpl yang letaknya bersebelahan dengan gunung Welirang yang mempunyai tinggi 3.156 mdpl. Disamping mudah di jangkau pendakian ke gunung Arjuno-Welirang masih relative lebih murah dari segi biaya bila dibandingkan dengan pendakian ke gunung Semeru. Di hari Jum’at, Sabtu dan Minggu gunung Arjuno-Welirang akan banyak dikunjungi para pendaki dari berbagai daerah khususnya Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, Pasuruan dan wilayah lain sekitarnya. Ada beberapa jalur yang bisa di lalui bila kita berencana mendaki gunung Arjuno yaitu melalui jalur Tretes yang merupakan jalur paling umum dilalui para pendaki, jalur Lawang, jalur Purwosari dan jalur Batu.

Trip To Petilasan Eyang Semar Gunung Arjuno
Perjalanan kali ini akan kita coba melalui jalur Purwosari yang merupakan jalur yang biasa dilalui para peziarah dan penganut paham kejawen untuk mencari ketenangan guna mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Untuk menempuh perjalanan ini kita ditemani beberapa saudara dari Komunitas Pencinta Budaya, Sidoarjo. Kita berangkat dari wilayah Buduran Sidoarjo menumpang L-300 tujuan Malang, di tengah perjalanan terjadi tawar-menawar dengan sopir, mereka bersedia mengantar kami semua ke tujuan yaitu dusun Tambak Watu yang merupakan tempat awal kita memulai perjalanan menjelajah situs budaya peninggalan sejarah dan budaya bangsa Indonesia di lereng gunung Arjuno via Jalur Purwosari.

Sebelum senja kami telah sampai di dusun Tambak Watu, setelah mengecek kembali semua perlengkapan yang dibutuhkan, kami pun memulai perjalanan. Jalur awal yang kita lewati berupa jalur setapak berbatu atau makadam melewati hutan pinus yang tertata rapi, di beberapa bagian tanaman pinus juga diselingi tanaman kopi dan pohon pisang yang merupakan tanaman milik warga sekitar. Suasana perjalanan terasa tenang, sejuk namun juga sedikit bernuansa mistis bila kita memasuki wilayah ini, setelah berjalan hampir lebih kurang 1 jam kita menemui sebuah goa di bawah tebing batu, dengan kedalaman 1,5 m dan lebar 1 m serta mempunyai ketinggian 1,25 m yang menghadap kearah utara. Di depan goa terdapat pondokan yang biasa digunakan oleh para peziarah untuk beristirahat melepas penat setelah menempuh perjalanan hampir kurang lebih 1 jaman.

Setelah beristirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan kembali, jalur yang kita tempuh masih berupa jalan setapak. Perjalanan hampir memakan maktu 1,5 jam untuk bisa menemukan sebuah tempat yang diberi nama Petilasan Eyang Abiyasa, disepanjang jalur sampai petilasan ini tertata rapi dengan semen dan sebelah kiri kanan jalan dibuat taman-taman yang rapi dan bersih. Di area ini juga terdapat sumber mata air yang dinamakan Kolam Dewi Kunti, yang konon bila meminum air dari kolam ini akan diberikan keluhuran jiwa dan selalu mengingat kepada Hyang Kuasa. Di sekitar wilayah ini juga dibangun beberapa pondokan sebagai tempat beristirahat para peziarah. Bila kita terus berjalan kebawah sepanjang kurang lebih 50 m, berupa jalan setapak menurun akan kita temukan sebuah petilasan kembali, bernama Petilasan Eyang Sekutrem.  Petilasan ini dinaungi beberapa pohon yang besar, sehingga kesan angker dan mistis sangat terasa di Petilasan ini. Berbentuk kamar berukuran 2,5 M X 2 M yang didalamnya terdapat sebuah arca dengan tinggi 70 cm, terbuat dari batu andesit.

Mengingat hari sudah semakin gelap, kami pun melanjutkan perjalanan dengan naik dan kembali menuju jalan setapak di sekitar Petilasan Eyang Abiyasa yang telah kita lewati diawal tadi. Dari Petilasan Eyang Abiyasa perjalanan melalui jalan setapak kembali kami tempuh, sampai dengan kurang lebih 15 menit, kita temukan lagi sebuah situs Petilasan yang bernama Petilasan Eyang Sakri, berupa cungkup tertutup menghadap kebarat terbuat dari kayu yang di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Disamping Petilasan ini terdapat sebuah pondokan terbuat dari ilalang kering yang biasa dipakai untuk beristirahat atau bermalam.

Meskipun hari sudah mulai beranjak malam, kami belum memutuskan untuk menginap karena sesuai kesepakatan awal kita akan bermalam di wilayah Petilasan Eyang Semar. Dengan sisa-sisa tenaga yang kami miliki kami terus berjalan menyusuri jalan setapak, yang menanjak untuk menuju Petilasan Eyang Semar. Dinginnya angin malam yang berhembus seakan membuat langkah kita  semakin cepat, setelah menempuh tanjakan hampir 1,5 jam kita berhasil sampai di Petilasan Eyang Semar. Di wilayah sekitar Petilasan ini terdapat 3 pondok yang dibangun oleh para peziarah untuk menginap dan bermalam. Kami memutuskan untuk menginap di salah satu pondokan yang cukup besar yang bisa menampung semua teman seperjalanan yang berjumlah 8 orang. Aktifitas yang kita lakukan malam ini memasak, mengingat seharian tadi perut hanya sempat terisi ketika berada di dusun Tambak Watu. Suasana mistis begitu terasa ketika malam semakin larut, daerah Petilasan Eyang Semar ini memang di kenal sebagai daerah yang paling angker dari semua daerah yang sempat kita lalui tadi. Tapi Alhamdulillah kita bisa melewati malam ini dengan tenang, tanpa ada gangguan atau kejanggalan apapun. Hanya dinginnya malam yang membuat kami semakin merapatkan barisan sambil berucap berpelukannn :)

Matahari pagi sudah mulai menyembul mengiringi lenyapnya embun pagi, beberapa teman sudah terbangun dan menyiapkan beberapa makanan untuk sarapan pagi kita. Begitupula saya, udara pagi begitu sejuk dan menghirupnya dalam-dalam membuat tubuh segar. Menyaksikan hamparan lukisan alam yang indah benar-benar melupakan sejenak berbagai aktifitas yang kita tinggalkan. Setelah sarapan pagi beberapa teman memohon ijin untuk sekedar berjalan-jalan keatas melihat dan mengamati beberapa peninggalan masa lalu yang masih terdapat sepanjang jalur menuju puncak gunung Arjuno. Memang dari awal kita tidak berencana naik ke puncak gunung Arjuno, hanya menginap beberapa malam di Petilasan Eyang Semar.

Petilasan Eyang Semar Gunung Arjuno
Di malam kedua, tepat pukul satu tengah malam di iringi oleh hujan gerimis kami berkumpul, mencoba berithikaf, berdiam diri, bermeditasi berusaha mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, dan memang benar tempat ini mempunyai daya magis yang membuat kita bisa lebih tenang, lebih nyaman untuk berdoa dan bermunajat kepada Sang Pecipta, sebuah pengalaman baru yang bisa kita dapatkan selain mengetahui peninggalan leluhur kita.

Keesokan harinya kami sudah bersiap-siap untuk turun kembali, meninggalkan semua kenangan dan peninggalan bersejarah yang mungkin tetap berada pada tempatnya bila kita semua bersedia dan mampu menghargai dan melestarikannya. Selamat tinggal Petilasan Eyang Semar, tempatmu telah mengajarkan banyak kepada kami, bahwa manusia harus selalu rendah hati, tidak boleh sombong dan selalu berbaik hati kepada sesama makluk ciptaanMu.

2 Responses to "Wisata Budaya, Mengunjungi Petilasan Eyang Semar di Jalur Pertapaan Gunung Arjuno"

  1. ASS..WR.WB.SAYA IBU RITA TKI HONGKONG INGIN BERTERIMA KASIH BANYAK KEPADA MBAH GENEP,YANG SUDAH MEMBANTU ORANG TUA SAYA KARNA SELAMA INI ORANG TUA SAYA SEDANG TERLILIT HUTANG YANG BANYAK,BERKAT BANTUAN MBAH SEKARAN ORANG TUA SAYA SUDAH BISA MELUNASI SEMUA HUTAN2NYA,DAN KEBUN YANG DULUNYA SEMPAT DIGADAIKAN SEKARAN ALHAMDULILLAH SUDAH BISA DI TEBUS KEMBALI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN MBAH GENEP,YANG MEMBERIKAN ANGKA RITUALNYA 4D HONGKONG KEPADA SAYA DAN TIDAK DI SANGKA SANGKA TERNYATA BERHASIL,BAGI ANDA YANG INGIN DIBANTU SAMA SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI NO HP: (((085-110-369-888))) MBAH GENEP JANGAN ANDA RAGU ANGKA RITUAL MBAH GENEP SELALU TEPAT DAN TERBUKTI INI BUKAN REKAYASA SAYA SUDAH MEMBUKTIKAN SENDIRI..
    • لالله�أشهدألاإله إلاالله،وأشهدأن محمدرسوالله

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih infonya ibu Rita di Hongkong..semoga semakin sukses

      Hapus